Garistepi's Blog-Let's STUdy BIOLOGY



About Perkecambahan

Ahli fisiologi tumbuhan benih biasanya menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga; atau pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992). Biji dapat tetap viabel (hidup), tapi tak mampu berkecambah atau tumbuh karena beberapa alasan : kondisi luar atau kondisi dalam. Situasi dalam yang mudah dipahami adalah embrio yang belum mencapai kematangan morfologi untuk mampu berkecambah (misalnya, pada beberapa anggota Orchidaceae, Orobanchaceae, atau genus Ranuncullus). Hanya waktulah yang memungkinkan kematangan ini berkembang. Perkecambahan biji tumbuhan budidaya mungkin hanya terhambat oleh kurangnya kelembapan atau suhu hangat. (Salisbury, 1992)
Untuk membedakan kedua keadaan yang berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar (suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai. (Salisbury, 1992)
Sementara biji berkembang, maka generasi baru,dalam bentuk janin mulai berkembang di dalamnya. Permulaan ini hanya terbatas, karena pertumbuhan embrio segera terhenti. Biji itu kemudian dipisahkan dari tanaman tertua dan mulailah penyebarannya. Pada akhirnya berlangsung perkecambahan, biasanya setelah biji itu matang. Perkecambahan adalah pengulangan kembali tentang pertumbuhan janin, dan akan dilengkapi dengan keluarnya radikula di luar biji. Sedangkan menurut Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati. Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983)
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkecambahan antara lain adalah kelembaban, oksigen dan suhu yang sesuai selain itu cahaya juga berpengaruh baik terhadap perkecambahan biji banyak spesies, sedangkan pada yang lain peristiwa perkecambahan dihalnagi oleh cahaya. Biji-biji sebagian besar tumbuhan, bila masak hanya berisi sedikit air, maka perkecambahan itu baru akan terjadi setelah kulit biji dan kemudian juga jaringan lain telah menyerap air. Biji membengkak dan dapat timbul tekanan amat kuat jika biji tersimpan rapat-rapat. Biji-biji dari berbagai spesies memiliki keperluan yang berbeda-beda terhadap oksigen. Konsentrasi oksigen di dalam tanah dipengaruhi oleh banyaknya air, dan biji dapat urung berkecambah dalam tanah basah tau yang berlumpur. Tapi ada beberapa biji gulma yang tetap dorman didalam tanah dan akan melakukan perkecambahan setalah muncul dari dalam tanah karena adanya aerasi yang lebih baik atau mungkin karena pengaruh dari cahaya. (Tjitrosomo, dkk, 1983)
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan berbeda-beda bagi berbagai macam biji. Banyak biji yang berkecambah dalam kisaran suhu yang luas. Batas suhu minimal adalah 0o c dan batas maksimalanya dalah 65 o c, tetapi persentase perkecambahan biasanya amat sedikit kalau suhu itu amat rendah atau amat tinggi (Tjitrosomo, dkk, 1983).
Di dalam peristiwa perkecambahan, akan terjadi beberapa proses yang berpengaruh terhadap keberhasilan perkecambahan yaitu penyerapan air (imbibisi) yaitu masuknya air ke dalam biji melalui kulit biji, kemudian mengalami difusi masuk ke dalam jaringan. Dengan masuknya air ke dalam biji, mengakibatkan sel menjadi bengkak dan kulit biji menjadi permeabel terhadap O2 dan CO2 . proses imbibisi ini dipengaruhi oleh faktor suhu, kelembaban, selain itu masih ada faktor lain yang ikut berpengaruh yaitu permeabilitas dari kulit biji, susunan kimia di dalam biji dan lamanya biji di dalam kondisi yang lembab. Proses kedua yaitu adanya aktivitas dari enzimyang menyebabkan zat pati diurai menjadi gula, lemak menjadi zat-zat yang dapat dilarutkan dan protein menjadi asam amino. Persediaan bahan-bahan ini memungkinkan pembebasan energi oleh respirasi, translokasi bahan makanan ke janin dan disentesis kembali ke dalam jaringan baru dan mulailah embrio tumbuh. Proses selanjutnya adalah pecahnya kulit biji dan kemudian membentuk tanaman kecil. (Abidin,1987)
Bahan makanan yang terkumpul pada biji-biji terdapat dalam endosperm dan kegiatan utama kotiledon ialah peruraian dan translokasi makanan cadangan ini untuk pertumbuhan bibit tanaman. Pada perkecambahan jangung dan beberapa anggota dari famili rumput-rumputan, butir-butirnya mengandung perisai atau scutelum dan sisa-sisa endosperma yang tetap tinggal di dalam tanah. Koleoptilnya yang dianggap sebagai bagian dari kotiledon, menutupi dan melindungi plumula sewaktu tumbuh ke atas melalui tanah.


Trackbacks & Pingbacks

Komentar

  1. * rahayu ningsih says:

    wah…….bagus bgt!!!!

    | Balas Ditulis 14 years, 9 months ago
  2. * julis says:

    keterangan bapak di sini baik tapi kurang flaksibel untuk itu saya berharap anda menerangkan lebih ringkas dan saya berharap di kirim file setelah di refisi

    | Balas Ditulis 14 years, 6 months ago


Tinggalkan komentar